Tak kan
terulang lagi
Oleh : Tri Yuni
Adistya
Hari itu, angin menari-nari kian kemari, menggoyangkan
apa saja yang ia lewati. Merlin memainkan rambutnya yang berterbangan dimainkan
angin kecil yang nakal. Tiba-tiba sesosok tubuh yang sangat di kenalnya berjalan
begitu sombong sambil membawa semangkuk pangsit yang dia beli di kantin pak
Dullah. Rambutnya menari-nari di tiup angin yang menyejukkan.
Praanggg…
Mangkuk
pangsit terjatuh dan terpecah menjadi beberapa keping.
“AAWW, panas” Merlin mengibar-ngibarkan
seragamnya karna kepanasan terkena kuah pangsit yang masih panas.
“HEH, kalau jalan liat-liat dong, kelaperan deh gue,
pokoknya loe harus ganti” Erik mencak-mencak nggak tau diri, padahal dia yang
numpahin. Bukannya minta maaf malah teriak-teriak di depan wajah Merlin.
“eh, elo yang numpahin gue, pasti loe sengaja kan?
Dasar cowok brengsek” Merlin mulai marah dan bosan selalu adu mulut dengannya,
ia mulai menjauh dan pergi meninggalkannya sendiri seperti sapi ompong.
“Heh, loe punya mulut tuh di jaga” Erik menggenggam
lengan Merlin sampai terasa sakit hingga ke tulang, lalu ia mendorong tubuh
Merlin hingga terjerembak di atas rumput hijau yang menjerit.
Merlin merasakan sakit hati di perlakukan seperti itu,
ia berjanji dalam hati akan membuat perhitungan dengannya. Huft, terpaksa
Merlin harus melepas seragamnya dan hanya memakai baju kaus dan di lapis jaket.
Ya mau gak mau, mau bagaimana lagi.
Siang itu, Erik memesan minuman di kantin. Tanpa
sengaja Merlin melihatnya, ia berpura-pura ingin membeli juga di kantin,
padahal ia sedang menjalankan siasat yang sudah ia pikirkan sejak lama. Ia
sengaja membelakangi Erik and the geng agar
rencananya tidak gagal.perlahan-lahan ia memasukkan banyak garam yang sengaja
ia beli di kantin saat jam istirahat pertama. Wah kurang nyos nih, tambah lagi
obat diare yang ia ambil dari kotak p3k. 1, 2 ,3, 4, 5 kayak nya cukup nih.
Plung-plung-plung. Beres deh, tinggal nunggu dia bolak-balik ke belakang.
Tiba-tiba Erik datang akan mengambil minuman
pesanannya. Merlin langsung kabur dengan cepat, dan pura-pura menunggu
pesanannya. Padahal kan dia nggak ada mesen.
Dari kejauhan Erik melihat Merlin yang sedang
senyam-senyum nggak jelas sambil membolak-balik majalahnya.
“manis juga tuh anak” kata Erik dalam hati.
Tuk-tuk-tuk,
Erik melangkah pergi dari kantin tanpa meminum sedikitpun pesanannya.
“wah kemana tuh, gue harus mastiin kalau dia beneran
minum tuh ramuan ajip gue” kata Merlin berkata dalam hati ketika menyadari Erik
tidak duduk lagi di tempat tongkrongannya.
Dari kejauhan, ia mengendap-endap seperti mau maling
ayam.
“loh-loh-loh, kok dia ke kantor guru sih, waduh mampus
gue” Merlin menepok jidatnya pelan. Wah-wah-wah salah sasaran nih, mampus deh
kalau Erik ngomong macem-macem. Jantung Merlin berdegup begitu cepat,
jantungnya serasa mau copot.
b*a
“ERIIK, MINUMAN APA INI? Asin banget sih, kamu sengaja
mau ngerjai bapak?” pak Edo mengeluarkan urat-urat nya sampai terlihat oleh
mata telanjang. “SEKARANG, KAMU HORMAT DI TIANG BENDERA” pak Edo mengusir Erik
dengan suara yang menggelagar, memecahkan kesunyian di dalam kantor yang sepi.
“tapi benderanya lagi dicuci pak?” alasan yang lucu
bagi anak SMU kelas 3.
“saya gak mau tau, CEPAT PERGI”
Erik langsung meningalkan lapangan dan menuju lapangan
yang di penuhi anak-anak bermain basket. Huft, dari pada mandangin tiang telanjang
tanpa bendera mendingan main basket bareng anak-anak. Tanpa rasa takut ia mulai
menuju tengah lapangan. Baru aja mendrible bola sekali. Pak Edo teriak-teriak
seperti di hutan. Ampyuun, malu-maluin aja.
“kayak nya Erik nggak ngomong apa-apa sama pak Edo,
baguslah, biar dia ngerasain rasanya di bikin malu” kata Merlin berkata dalam
hati sambil memandang Erik dengan tatapan benci, bahagia, merdeka dan senyum
sinis.
Ada rasa ngeganjel di pikiran Erik ketika tanpa
sengaja melihat Merlin berdiri di samping pohon jambu dan menatapnya dengan
tatapan bahagia. “pasti dia yang ngerjain gue, sial”
b*a
Teng-tong-teng, bel tanda pulang sekolah berdering.
Semua murid langsng menyerbu parkiran sekolah, untuk menemui kendaraannya yang
setia menunggu kedatangannya.
Tiin-tiin, “lama ya say nunggunya?” kata Ferdi sang
pacar Merlin yang duduk manis di atas motor kesayangannya.
“nggak kok, yuk” Merlin langsung menaiki motor Ferdi
dengan gesit.
Motor langsung di jalankan dengan pelan. Padahal jalan
lagi sepi, nggak rame lah bahasanya. Ya biasalah, mungkin pingin berlama-lama
dengan kekasihnya. So sweet.
DUBRAAK, motor Ferdi jatuh dan terlempar jauh. Tangan
Merlin berdarah terkena pecahan kaca di pinggir jalan. Sial, itu kan mobil Erik. Merlin kenal banget
sama tuh mobil. Brengsek.
Ferdi yang melihak keadaan Merlin dengan darah yang
mengalir begitu panik. Dia bisa kehabisan darah kalau terus mengalir. Ferdi
segera membawanya ke rumah sakit terdekat, sayang sekali, susah banget nyari
taksi. Duh, udah nggak ada waktu lagi. Ferdi segera menggendongnya dan berlari
menuju rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit, Ferdi langsung membawanya
ke dalam dan di periksa, lalu di balut perban. Syukurlah tidak apa-apa, kata
dokter ada pecahan kaca yang tersangkut, tapi tidak terlalu dalam, jadi mudah
di keluarkan.
b*a
Keesokan harinya…
Ferdi and the
geng sedang ngumpul di depan kelas. Saat Merlin tiba dengan lengan di balut
perban, ada senyum bahagia mengembang di bibir Erik. Bukan karna kedatangan
Merlin, tapi keadaan Merlin yang di balut luka.
Tiba-tiba Erik berdiri dan berjalan menuju Merin.
Dengan sengaja, ia menyenggol lengan Merlin yang di balut perban. “Aww” Merlin
merasakan sakit luar dalam. Sial tuh orang, sudah penyebab kecelakaan, nggak
ada rasa bersalah sedikit pun.
“dasar brengsek loe, beraninya main belakang, BANCI”
Merlin memaki tanpa rasa dosa sedikitpun. Dia benar-benar benci dengan Erik
saat itu juga.
“Heh, loe duluan kan yang mulai”
“oh ya?” Merlin langsung pergi meninggalkannya
sendiri.
“sialan loe” Erik langsung mendorongnya dari belakang
hingga membentur batu. So, kepalanya
bocor dan mengeluarkan darah.
Semua orang yang berada di sana terkejut melihat
Merlin yang berteriak kesakitan, lalu pingsan seketika. Tanpa basa-basi lagi,
teman-temannya langsung membawanya ke UKS untuk di berhentikan darahnya dan di
perban se-rapi mungkin.
“loe emang jahat Rik, nggak nyangka loe setega itu
sama teman sendiri” kata Rido, teman gengnya. Dengan nada serius, ia mulai
kesal dengan ketua gengnya.
“dia bukan teman gue” sikapnya masih cuek, walau di
hatinya merasa bersalah.
“biarpun dia musuh loe, tapi tetep aja, kita udah
sekelas selama 2 TAHUN” Rido langsung meninggalkan Erik sendirian,
membiarkannya menatap kepergian Rido dengan rasa kesal.
Saat di UKS, Suzi ketua PMR menyarankan Merlin segera
di bawa ke rumah sakit sebelum darahnya keluar lagi. Buat jaga-jaga, mungkin
saja ada yang retak di daerah kepalanya. Mendapat perintah dari ketua PMR,
teman-temannya langsung membawa Merlin dengan mobil jazz milik Rido.
Kepala sekolah akhirnya mendengar berita tentang
kecelakaan Merlin langsung memanggil Erik sebagai pelaku yang di kabarkan oleh
teman gengnya sendiri, Roland. Kepala sekolah sangat marah dengan tingkahnya,
sampai akhirnya ia di skors selama 2 minggu. Berita buruk bukan bagi Erik si
jago olimpiade segala bidang..
b*a
Saat kepala Merlin di Rontgen, ternyata tulang
belakang kepalanya ada yang retak sedikit dan Merlin terkena amnesia. Amnesia
jangka panjang, mungkin itu yang di bilang para dokter. So, dia melupakan semuanya. Mengingat keluarganya saja dia susah,
apalagi teman-temannya dan pelajarannya.