Sahabat atau cinta?
Oleh : Tri yuni
adistya
Pada
hari itu, kantin SMU Mulawarman sedang rame-ramenya. Semua berteriak ketika
melihat sesesok makhluk yang nggak ada bagus-bagusnya. Rambut panjangnya dia
ikat seperti kuda yang bergoyang. Kaca matanya tebel bener. Apalagi dia selalu
membawa-bawa buku yang bisa di bilang sih cukup tebel. Ngapain coba bawa-bawa
buku ke mana-mana. Oh iya, mungkin buat mukul orang yang usil ngerjain dia. Kan
enak tuh mukul pake buku yang tebal, biar dianya jadi pintar. ngarep.
“hei Betty Lapea,
mau kemana nih?” suara Deni teman sekelasnya, sumpah itu nyaring banget. Bikin
malu aja nih orang. Malah manggilnya Betty Lapea lagi, jelas-jelas namanya
Prince Lavega. Keren juga tuh nama, menurut orang tuanya sih itu diartikan
menjadi putri dari lasvegas.
“bukan
urusan kamu” Prince berkata dalam hati, dia menundukkan kepalanya lantaran malu
di liatin satu sekolah. Prince berjalan lebih cepat.
“Hei
Betty, sombong banget loe” kata Ipank dengan sinis. “kaya’ cantik-cantiknya aja
loe, muka kaya’ begitu aja bangga” suaranya tambah sinis, tambah nyaring pula.
Tak
lama, air matanya menetes. Prince sedih sekali. Dia berlari dengan kekuatan
penuh, daripada tambah sakit hati di kata-katain. Mending pergi, ya kan?
Saat
dia berlari, dia menabrak seseorang berbadan tinggi dan atletis. Badannya menjadi
tak seimbang dan akhirnya dia jatuh terduduk. Gubraak.
“maaf
ya, loe gak papa kan?” tanya orang itu dengan penuh perhatian. Sudah jelas
orang yang di tabrak jatuh, masih aja nanya nggak papa. Aneh ya. Tangannya
memegang punggung tangan Prince yang tergeletak di rumput hijau.
“nggak
kok aku yang salah, udah lari-lari di tempat umum” suara Prince sedih sekali,
lemas seperti tidak bertenaga. Kepalanya tertunduk kebawah. Entah melihat uang
gopean atau nyembunyiin wajahnya yang selalu di olok satu sekolah. Maybe.
“nama
loe siapa?” tanya orang itu.
“Betty
Lapea, kamu pasti kenal kan?” dia menekankan nama Betty Lapea agar terdengar
jelas. Wajahnya masih di tundukkan dengan raut sedih tak berdaya.
“oh
Prince kan?” tebakan yang benar, 100 buat dia. Tumben ada cowok yang manggil
nama asli Prince “gue Reihan, Prince” kata-katanya lembut sekali. Sepertinya
tak ada tanda-tanda mau mengejek.
“Reihan
siapa?” wajahnya diangkat dengan pelan. Air matanya telah hilang setelah di
hapusnya dengan jari-jemarinya.
“masa’
loe nggak tau sih, gue kan temen sekelas loe”
“masa’
sih?” twengg teman sekelas sendiri nggak tau. Beh em parah. Sangking pendiamnya
tuh, sampe’ nggak tau teman sekelas sendiri.
“yah
elo gimana sih, yaudah deh whatever” suaranya
jadi cuek bebek. “sini gue bantu” tangannya menjulur akan membantu Prince yang
susah berdiri.
“thanks”
tangannya menerima uluran tangan Rei, dengan senyum yang mengembang.
Tiba-tiba…
“Rei,
ngapain sih loe pegangan tangan sama sih Betty” seorang cewek penggemar Rei
berteriak seperti auman singa yang sedang marah. Lebay.
“apaan
sih loe teriak-teriak kaya’ orang gila aja” Rei risih juga di teriakin kaya’
begitu. Bagai artis dalam sekolah.
“iuhhh,
loe megang tangan tuh cewek aneh” matanya berubah menjadi jijik melihat Prince
yang mlai tertunduk, padahal tangan mereka sudah di lepas. “jijik banget deh”
“heh
jaga ya mulut bau loe itu, nggak pantes loe ngomong kaya’ gitu” Rei membela
Prince bagai ksatria yang turun dari kayangan. Ceile.
“Rei,
loe sakit ya?” tanganya hampir memegang kening Rei, tapi langsung di tepis Rei
dengan kuat. Enak aja megang-megang, emang siapa loe.
“gue
sehat kok, sehat banget” suara Rei sinis dan jutek banget. “udah deh loe pergi
sana”
“Rei”
matanya berkaca-kaca mendengar kalimat Rei barusan. Semoga Rei menariknya lagi.
“udah
sana loe” Rei membuang muka sampai ke mesir. Jauhnye.
“huh”
akhirnya si nenek gombel itu pergi juga.
“nggak
usah di masukin hati ya” suaranya lembut banget.
“udah
biasa kok, nggak papa” Prince mencoba tenang, setenang laut tanpa ombak.
“thanks ya” senyumnya bo’, muanis euy. Ngalahin
gula ya?.
“untuk
apa?” wajah tampannya kebingungan seperti orang idiot. Ya memang sih, orangnya
sedikit idiot. Tapi yang penting cakepnya dan kejeniusannya.
“untuk
yang tadi, udah bantuin aku”
“gak
masalah buat gue” gayanya so’ cool
banget. “ke kelas bareng yuk” Rei memegang tangan Prince dengan tiba-tiba. So
pasti Prince jadi gugup.
“eh
ehm ehm, nggak usah” tuh kan gugup, Prince langsung membuang tangan Rei
jauh-jauh.
“memang
kenapa?”
“yaa,
emang nya kamu nggak malu jalan sama sih Betty?”
“kenapa
harus malu sih, kita semua di sini kan makhluk Allah juga”
“tapi
tapi tapi…”
“udah
yuk” Prince belum selesai ngomong, ekh malah langsung di samber seperti ikan
narik pancingan. Tambah gugup tuh Princenya, kenapa ya? Oh iya tangannya di
pegang, terus di tarik-tarik lagi. So pasti satu sekolah heboh sangat. Ihui macam
di sinetron aje.
“eh
ehm, jangan tarik-tarik tangan ku dong” Prince mencoba melepaskan tangannya
dari pegangan Rei, tapi tetap aja Rei nggak mau ngelepasnya. “emang kamu nggak
malu?”
“buat
apa malu, biasa aja lagi”
“popularitas
mu bisa menurun loh”
“nggak
penting popularitas, di sekolah ini kita mencari ilmu bukan mencari
kepopuleran” kata-kata yang sungguh bikak dan sederhana, tapi sangat menyentuh.
“jadi loe nggak usah malu gitu kalau mau jalan-jalan kemana aja” Rei mulai
menatap Prince secara dalam, membuat Prince menjadi salting (salah tingkah).
“trimakasih
ya” wajah Prince tertunduk mendengar kata-katanya, padahal tangannya masih di
pegang tuh. Nggak takut jatuh apa ya?.
“kok
loe dari tadi trimakasih mulu sih, padahal gue nggak berbuat kebaikan apapun
buat loe”
“ya,
karena kamu udah nenangin aku hari ini” senyumnya manis sekali, tapi sayangnya
jarang di perlihatkan.
***
Kelas
nan sepi bagai kuburan tak berpenghuni, tiba-tiba rame bagai di pasar ikan.
Semua bersiul lah, bergosip ria lah, pokoknya heboh deh. Apa yang terjadi ya? Seorang pangeran tampan berpegangan dengan
sang putri entah dari planet mana, saya tak tau. Cuit-cuit.
“nggak
usah di pedulikan Prince, mereka hanya sirik sama kita” suara Rei tetap santai,
walau seisi sekolah pada heboh ngomongin dia bersama wanita entah dari planet
mana. Sepertinya sih dari bumi. So pastilah, buat cerpennya aja di planet bumi.
Kan gak mungkin banget aku buat cerita di planet mars.
“tapi
aku malu banget Rei” Prince langsung melepas pegangan tangan Rei dengan paksa.
Kenapa di paksa sih, pasti nggak mau di lepasin nih sama Rei nya. Ya kan? Rei Rei, unyu banget sih kamu
“sorry” wajahnya menjadi malu karena dia
baru nyadari tangannya menggandeng tangan Prince dari tadi.
“ehm”
pasti deg-deg an tuh, wajahnya berubah jadi tomat peras tuh. Merah euy.
Mereka
tidak memperdulikan suara ayam yang bergosip ria di belakang meja paaaling
pojok. EGP, mending duduk aja deh. Menundukkan wajah melihat lantai coklat
berpasir nan jorok, wajah Rei dan Prince berubah menjadi merah seketika.
Tiba-tiba….
“hei”
seorang cowok ceking berwajah putih memukul punggung Rei dengan kekuatan penuh.
“paan
sih loe, mukul-mukul nggak jelas” wajahnya diangkat dengan garang, muka
tomatnya menghilang dan berubah warna seperti semula.
“loe
ngapain sih tadi gandengan gitu sama makhluk aneh itu” mulutnya ia majukan dua
senti menunjuk sosok Prince yang masih menundukkan kepalanya.
“emang
napa?”
“ih,
loe tau nggak sih” kata Roy so’ serius.
“enggak
lah”
“ihs,
kenapa sih gitu aja nggak tau, idiot banget sih loe”
“helloww,
siapa yang idiot?”
“ya
loe lah”
“enak
aja loe, loe tuh ye belum ngasi tau gue apa-apa, bisa-bisanya ngomongin orang idiot,
ngaca broo” Rei langsung menunjukkan ipad nya kepada Roy, maksudnya sih bukan
pamer, Cuma pingin nunjukin cerminan wajah Roy di layar.
“oh
iya ya, hehehe” Roy menggaruk-garuk kepalanya yang entah gatal atau tidak. “loe
tuh ye, bakal jadi gosipan anak-anak satu sekolah, bahkan satu kota atau satu
negara kalau perlu, satu benua satu samudra deh sekalian”
“lebay
loe”
“oke-oke
nggak hanya itu, dia bakal jadi kelinci percobaannya The Modish” suaranya pelan
berbisik. Siapa tuh The Modish? The Modish tuh, geng sekolah Mulawarman yang
pualing cantik-cantik, kaya-kaya juga, apalagi pakaiannya euy, kompak and
selalu trendy. Semua cowok tergila-gila dengan mereka, ya kecuali Rei. Entah
dari mana Rei melihat mereka hingga nggak ada rasa suka sedikitpun pada mereka.
Malah rasa sebel yang ada.
“APA
LOE BILANG, beneran tuh?” urat di mukanya mengencang dan matanya melotot hampir
keluar dari posisinya. Dia kaget sekali. Membuat rambut sasukenya berdiri. Nggak ada nyambungnya ya? Garing.
“ya
iya lah, si Sely tuh, ketua The Modish bakal hancur-hancuran ngerjain dia”
tumben banget ya, ada yang perhatian lagi sama Prince. “nggak kasian loe sama
dia?”
“yaaa,
kasian sih” wajahnya tampak memikirkan sesuatu, sesekali Rei menggaruk
kepalanya yang mungkin sih gatal. Memikirkan sesuatu yang tak bisa terbaca oleh
mata telanjang.
“makanya
loe jauhi dia” ternyata, itu niat Roy. Memisahkan sang pangeran dengan tuan
putri yang entah dari planet mana.
“kan
yang mulai duluan gue, ya berarti gue yang harus mengakhiri ini semua” kata Rei
bersemangat, sampe uratnyanya keluar semua. Sungguh kata-kata yang bijak dan
menyentuh.
“berarti?”
“gue
bakal jagain dia sampe genk The Modish cape’, oke kan?” Gubrakkk. Nggak nyangka
Rei bakal ngomong begitu, aneh banget dan tumben banget ada yang mau ngelindungi
Prince. Ada angina pa nih?
“Rei-Rei,
loe itu keren, gaul, jago kelai, jago basket, jago ngibul, jago acting, jago
ngegombal kucing, pinter sih sedikit, tapi kok bisa loe suka sama dia yang
seperti itu” suaranya berbisik pelan, takut ada kecoa yang nguping tuh. Apa
pentingnya bagi kecoa? Garing.
“thanks
banget atas pujian loe” Rei langsung percaya diri mendengar pujian dari Roy, ia
langsung mengangkat kerah bajunya dengan gagah. “tapi, siapa bilang gue suka
sama dia”
Tiba-tiba Prince
berdiri, membuat percakapan dua sejoli itu berhenti bicara. Ia membetulkan
posisi kaca matanyanya yang melorot sampai ke hidung. Ia melangkahkan kaki
sedikit demi sedikit melewati Rei dan Roy yang diam memperhatikan kepergiannya,
lalu keluar melewati ambang pintu yang sudah lumayan tua. Tapi ketuaannya tidak
begitu terlihat karena sudah di cat ulang.
Oke, kembali ke obrolan
Rei dan Roy.
“oya,
siapa bilang gue suka sama dia? Ngelindur loe” Rei mengibaskan tangannya di
depan wajah Roy seperti ada lalat yang ngerubunin badan bau Roy sehabis main
basket.
“trus
loe ngapain bela-belain dia”
“yaaa,
nggak papa dong” bahunya di angkat tinggi, wajahnya sok diimutin bagai bayi
yang abis bangun tidur. Huaaaa.
“nggak
usah ngeles deh”
“eh
gue lagi nggak ngeles tau, besok lusa baru ngeles metik”
“ampuuun”
Roy menepuk jidatnya pelan, nggak nyangka ternyata temannya yang satu ini
otaknya rada-rada. “ya udah cape’ ngomong ama loe, gue cabut ya, mau balik ke
kelas” Roy berpamitan seperti polisi yang pamit sama komandannya. Menghentakkan
kakinya di pijakan bumi dengan keras, membuat lantai berguncang. Lebay.
***
Di
tengah malam yang bernyanyi, dengan bintang bertaburan. Bulan sabit tertawa dan
jangkrik bernyanyi-nyanyi. Rei duduk di ranjang empuknya sambil memandangi
sebuah foto yang nggak asing lagi kalau di perhatikan.
“Prince-Prince,
loe itu sebenarnya cantik loh, tapi kenapa gaya loe jadul banget sih” Rei
ngobrol dengan selembar foto tuh. Gila apa ya tuh anak. “rambut loe sedikit
pirang, mata loe coklat, alis loe perfect,
bibir loe apa lagi Prince-Prince, merah delima” Rei menunjuki bagian-bagian
wajah Prince yang terlihat sempurna. “gue yakin, loe pasti belum di sentuh
sedikitpun oleh kaum adam” kepalanya geleng-geleng nggak karuan, bahkan matanya
hampir tidak berkedip. “apa loe mau ya jadi temen gue? Sahabat gue kalau perlu,
ataupun pacar kalau bisa” tangannya membelai rambutnya yang coklat. Bibir
tipisnya tersenyum memperhatikan foto itu. By The Way, dapat dari mana tuh
foto? Sebuah rahasia yang harus diungkapkan.
***
siang ini matahari tertawa
memancarkan cahaya sucinya. Semua siswi-siswi nan cantik jelita berduduk-duduk
ria di depan kelas masing-masing, mereka menyaksikan pertandingan basket yang
nggak ada seru-serunya. Gimana nggak seru, dari jaman bahula mainnya gitu-gitu
aja. Bosen. Etc, ada dua pemain yang nggak membosankan dari sekian banyak pemain
basket di lapangan itu. Siapa hayoo? Namanya Reihan dan Roy, kenal kan? Anak
band and anak basket.
“girls,
liat deh si Rei, ya ampyun cute banget” kata Sely kepada genk nya, gayanya
centil pisan euy. Memang sih dia cantik beut, tapi kelakuannya jelek gitu.
Nyebelin banget tuh cewek.
“cute
banget” timpal salah satu genk nya yang bernama Caca. Gayanya juga kecentilan
tuh. Geng nya The Modish kan terkenal cantik-cantik n’ centil-centil, ngeliat
cowok keren sedikit aja matanya langsung lari.
“eh
punya gue tuh” kata Sely menggoda.
“iya
ya punya loe, gue juga lagi punya incaran tuh” kata Jean sambil menunjuk Roy
yang sedang main basket dengan semangatnya. Bajunya terlihat basah dengan keringat
dan rambutnya berirama mengikuti gerak tubuh Roy yang berlari mengejar bola
yang Cuma satu.
“wah
lumayan juga tuh, itu temennya Rei kan?” tanya Keirani dengan mata centilnya.
“eh tapi si Joy mau loe kemanain?” pacar Jean cukup banyak juga loh, mungkin
seminggu bisa ganti pacar sebanyak 3 ato 4 kali.
“gue
udah putus kok” katanya dengan santainya, Jean memainkan rambut panjangny
sampai terbentuk bulatan-bulatan keriting.
“ya
ampun, cowok sekeren dia loe putusin” samber Caca dengan kaget. “kenapa nggak buat
gue aja sih” mata-mata harapan keluar dari mata Caca yang ungu soflen.
“ya
ambil aja di rumahnya” Jean sembarangan banget sih bicaranya, kiranya cowok itu
barang apa. Seenaknya ambil-ambil. Huh, itulah Kei si Playgirl cakep, kalo udah
bosan ya di tinggal pergi.
“okelah”
kata Caca sumringah, jempolnya ia angkat bersemangat.
“eh
liat deh ada Betty tuh di empang” kata Sely memutuskan obrolan mereka, ia
menunjuk empang sekolah yang berada dekat pohon jambu air.
“trus
napa?” tanya Kei dengan kebingungan.
“kerjain
yuk” Sely beranjak dari bangkunya dan berjalan menuju empang tempat Betty
duduk-duduk melamunkan diri.
“caranya?”
gile tuh, Kei teriak dengan nyaringnya. Mengusir para nyamuk yang sedari tadi
sudah siap dengan sendok garpu uantuk menghisap darah. Weleh-weleh korban Tom
and Jerry nih.
“liat
aja” Sely menjentikkan jari lentiknya. Memainkan matanya yang tajam, dan
memamerkan senyumnya yang licik.
Mereka
berempat mendekat menuju empang dan celingukan mencari sesuatu yang diinginkan
Sely. Apa tuh? Binatang menjijikan yang suka berada di empang. Atau besi
panjang untuk memukul kepala Prince? Entahlah, sebab itu perbuatan criminal.
Setelah
mereka menelusuri rumput dengan hati-hati tanpa di ketahui oleh Prince,
akhirnya mereka menemukan kodok ABG yang lagi nangkring menikmati makan
siangnya.
“lempar Jean” perintah Sely dengan
berbisik. Kasian tuh kodok sampe megap-megap gitu di genggem. Bakal mati
tercekik dia.
“tapi..”
“udah cepeten, keburu ketahuan tuh”
“ya udah” Jean melemparnya dengan
kekuatan seadanya. Plukk. Kodok itu nyangkut pas di atas kepala Prince. Setelah
merasakan ada gerakan di atas kepalanya, Prince meraba kepalanya dengan
pelan-pelan sekali. Lalu apa yang terjadi….
Ternyata
prince malah kegirangan mendapatkan seekor kodok ABG yang lucu menurutnya
nangkring di atas kepalanya.
Nggak
nyangka, ternyata Prince seneng banget sama kodok. Idiih, jijay gue.
“dari tadi di tungguin nggak dateng-dateng,
eh malah datang lewat kepala ku, nggak sopan kamu” Prince ngomel-ngomel tuh
sama si kodok. Seandainya tuh kodok bisa bicara, mungkin dia bakal adu mulut
sama Prince.
“ih emank anak aneh, kodok di ajak
bicara lagi” kata Jean dari balik semak-semak.
“eeeuuuuhhh” Sely memandangnya
jijik, di balik semak-semak itu wajah ke empat gengnya berubah menjadi kesal
karena rencananya gagal total. “ya udah balik yuk, ntar kulit ku bentol-bentol
di gigit nyamuk” Sely mengelus tangan putihnya dengan pelan.
Mereka semua berbalik badan sambil
berjongkok, takut ketahuan tuh. Mengendap-endap seperti maling ayam.
Tiba-tiba…..
“AAAAAAAAAA” semua berteriak membuat
seisi sekolah menengok ke asal suara mengerikan itu.
“ada
apa sih” Rei menghentikan permainan basketnya dan berlari menuju asal suara.
Rei juga terkejut melihat Prince yang sudah lebih awal berada di tempat kejadian.
“Prince ngapain disini?” tanyanya lembut hingga melupakan kejadian teriakan
nenek-nenek lampir itu.
“aku-aku
lagi..” belum selesai bicara, Sely sudah memotong kata-katanya dari dasar
lubang.
“dia
tadi dorong kami Rei, sampe kami jatuh begini” Sely menuduh Prince dengan mata
melotot seperti setan bertanduk. Jelas-jelas dia jatuh sendiri, bisa-bisanya
nuduh sembarangan.
“iya
Rei dia tadi dorong kami sampe jatuh begini, malah lutut ku luka lagi” Kei
menambahkan, membuat hati Rei menjadi bingung.
“apa
iya seperti itu, tapi rasanya nggak mungkin banget sih” Rei berkata dalam hati,
memikirkan apa yang harus di lakukannya. “Prince anak yang terkenal pendiam,
tapi baik hati, apa mungkin ya?” Rei bingung tujuh keliling, dia menggaruk
kepalanya yang sedikit gatal. Mungkin kutu atau ketombe. Iihh jorok.
“PRINCE”
seorang perempuan meneriaki nama Prince dengan nyaringnya. Dia berlari sambil
ngos-ngosan mendekati empang yang sedang ramai. “loh ada apa ini kok ramai
sekali” dia celingukan melihat banyak orang yang mengelilingi Prince dan
keempat genk The Modish. “udah dapat kodoknya Prince” mata keempat genk The
Modish menjadi salah tingkah. Hayoo kalian.
“udah
nih” Prince mengangkat kodok ABG itu di depan mata Nela.
“ya
udah yuk pergi” Nela menarik Prince dari gerombolan manusia yang bau apek,
tanpa menghiraukan seribu mata memandanginya.
“eh
tunggu-tunggu, ini sebenarnya ada apa sih?” Rei mencegat mereka berdua pergi
dari gerombolan manusia.
“ada
apanya sih, tadi gue nyuruh Prince nyari kodok disini” Nela menjelaskan dengan
tampang cuek.
“buat
apa?”
“eh
loe lupa ya, bentar lagi ada praktek bedah hewan” Nela menunjuk Rei dengan
tatapan garang. “ya susah sih jadi cowok popular, ada praktek aja sampai lupa”
sindiran yang menyucuk. Matanya terlihat sinis, sepertinya Nela nggak suka sama
Rei. Entah kenapa, padahal Rei tuh teman yang baik di kelasnya.
“ya
udah yuk” mereka berdua beranjak pergi, tidak menghiraukan berbagai mata
memandang. Dan keempat genk The Modish itu mengendap-endap akan melarikan diri.
“hei
mau kemana kalian” Rei mencegat mereka dengan tatapan liar. “tega ya kalian
sama dia, padahal dia nggak pernah berbuat salah sama kalian” mata cinanya
menyipit hampir tak terlihat.Tiik, Rei menjentikkan jarinya.
“lempar
mereka dengan daun kering ini sebagai balasan telah menfitnah teman sendiri”
perintah Rei kepada genk nya dan semua orang yang masih ada di sana.
“bush-bush-bush”
Mereka di lempari daun kering sampai bajunya kotor, bahkan dari daun itu ada
ulatnya loh. Ya di lempar aja, rasain.
***