Jumat, 18 Januari 2013

Cerpen Lain..


Sahabat atau cinta?
Oleh : Tri yuni adistya
Pada hari itu, kantin SMU Mulawarman sedang rame-ramenya. Semua berteriak ketika melihat sesesok makhluk yang nggak ada bagus-bagusnya. Rambut panjangnya dia ikat seperti kuda yang bergoyang. Kaca matanya tebel bener. Apalagi dia selalu membawa-bawa buku yang bisa di bilang sih cukup tebel. Ngapain coba bawa-bawa buku ke mana-mana. Oh iya, mungkin buat mukul orang yang usil ngerjain dia. Kan enak tuh mukul pake buku yang tebal, biar dianya jadi pintar. ngarep.
hei Betty Lapea, mau kemana nih?” suara Deni teman sekelasnya, sumpah itu nyaring banget. Bikin malu aja nih orang. Malah manggilnya Betty Lapea lagi, jelas-jelas namanya Prince Lavega. Keren juga tuh nama, menurut orang tuanya sih itu diartikan menjadi putri dari lasvegas.
“bukan urusan kamu” Prince berkata dalam hati, dia menundukkan kepalanya lantaran malu di liatin satu sekolah. Prince berjalan lebih cepat.
“Hei Betty, sombong banget loe” kata Ipank dengan sinis. “kaya’ cantik-cantiknya aja loe, muka kaya’ begitu aja bangga” suaranya tambah sinis, tambah nyaring pula.
Tak lama, air matanya menetes. Prince sedih sekali. Dia berlari dengan kekuatan penuh, daripada tambah sakit hati di kata-katain. Mending pergi, ya kan?
Saat dia berlari, dia menabrak seseorang berbadan tinggi dan atletis. Badannya menjadi tak seimbang dan akhirnya dia jatuh terduduk. Gubraak.
“maaf ya, loe gak papa kan?” tanya orang itu dengan penuh perhatian. Sudah jelas orang yang di tabrak jatuh, masih aja nanya nggak papa. Aneh ya. Tangannya memegang punggung tangan Prince yang tergeletak di rumput hijau.
“nggak kok aku yang salah, udah lari-lari di tempat umum” suara Prince sedih sekali, lemas seperti tidak bertenaga. Kepalanya tertunduk kebawah. Entah melihat uang gopean atau nyembunyiin wajahnya yang selalu di olok satu sekolah. Maybe.
“nama loe siapa?” tanya orang itu.
“Betty Lapea, kamu pasti kenal kan?” dia menekankan nama Betty Lapea agar terdengar jelas. Wajahnya masih di tundukkan dengan raut sedih tak berdaya.
“oh Prince kan?” tebakan yang benar, 100 buat dia. Tumben ada cowok yang manggil nama asli Prince “gue Reihan, Prince” kata-katanya lembut sekali. Sepertinya tak ada tanda-tanda mau mengejek.
“Reihan siapa?” wajahnya diangkat dengan pelan. Air matanya telah hilang setelah di hapusnya dengan jari-jemarinya.
“masa’ loe nggak tau sih, gue kan temen sekelas loe”
“masa’ sih?” twengg teman sekelas sendiri nggak tau. Beh em parah. Sangking pendiamnya tuh, sampe’ nggak tau teman sekelas sendiri.
“yah elo gimana sih, yaudah deh whatever” suaranya jadi cuek bebek. “sini gue bantu” tangannya menjulur akan membantu Prince yang susah berdiri.
“thanks” tangannya menerima uluran tangan Rei, dengan senyum yang mengembang.
Tiba-tiba…
“Rei, ngapain sih loe pegangan tangan sama sih Betty” seorang cewek penggemar Rei berteriak seperti auman singa yang sedang marah. Lebay.
“apaan sih loe teriak-teriak kaya’ orang gila aja” Rei risih juga di teriakin kaya’ begitu. Bagai artis dalam sekolah.
“iuhhh, loe megang tangan tuh cewek aneh” matanya berubah menjadi jijik melihat Prince yang mlai tertunduk, padahal tangan mereka sudah di lepas. “jijik banget deh”
“heh jaga ya mulut bau loe itu, nggak pantes loe ngomong kaya’ gitu” Rei membela Prince bagai ksatria yang turun dari kayangan. Ceile.
“Rei, loe sakit ya?” tanganya hampir memegang kening Rei, tapi langsung di tepis Rei dengan kuat. Enak aja megang-megang, emang siapa loe.
“gue sehat kok, sehat banget” suara Rei sinis dan jutek banget. “udah deh loe pergi sana”
“Rei” matanya berkaca-kaca mendengar kalimat Rei barusan. Semoga Rei menariknya lagi.
“udah sana loe” Rei membuang muka sampai ke mesir. Jauhnye.
“huh” akhirnya si nenek gombel itu pergi juga.
“nggak usah di masukin hati ya” suaranya lembut banget.
“udah biasa kok, nggak papa” Prince mencoba tenang, setenang laut tanpa ombak. “thanks ya” senyumnya bo’, muanis euy. Ngalahin gula ya?.
“untuk apa?” wajah tampannya kebingungan seperti orang idiot. Ya memang sih, orangnya sedikit idiot. Tapi yang penting cakepnya dan kejeniusannya.
“untuk yang tadi, udah bantuin aku”
“gak masalah buat guegayanya so’ cool banget. “ke kelas bareng yuk” Rei memegang tangan Prince dengan tiba-tiba. So pasti Prince jadi gugup.
“eh ehm ehm, nggak usah” tuh kan gugup, Prince langsung membuang tangan Rei jauh-jauh.
“memang kenapa?”
“yaa, emang nya kamu nggak malu jalan sama sih Betty?”
“kenapa harus malu sih, kita semua di sini kan makhluk Allah juga”
“tapi tapi tapi…”
“udah yuk” Prince belum selesai ngomong, ekh malah langsung di samber seperti ikan narik pancingan. Tambah gugup tuh Princenya, kenapa ya? Oh iya tangannya di pegang, terus di tarik-tarik lagi. So pasti satu sekolah heboh sangat. Ihui macam di sinetron aje.
“eh ehm, jangan tarik-tarik tangan ku dong” Prince mencoba melepaskan tangannya dari pegangan Rei, tapi tetap aja Rei nggak mau ngelepasnya. “emang kamu nggak malu?”
“buat apa malu, biasa aja lagi”
“popularitas mu bisa menurun loh”
“nggak penting popularitas, di sekolah ini kita mencari ilmu bukan mencari kepopuleran” kata-kata yang sungguh bikak dan sederhana, tapi sangat menyentuh. “jadi loe nggak usah malu gitu kalau mau jalan-jalan kemana aja” Rei mulai menatap Prince secara dalam, membuat Prince menjadi salting (salah tingkah).
“trimakasih ya” wajah Prince tertunduk mendengar kata-katanya, padahal tangannya masih di pegang tuh. Nggak takut jatuh apa ya?.
“kok loe dari tadi trimakasih mulu sih, padahal gue nggak berbuat kebaikan apapun buat loe”
“ya, karena kamu udah nenangin aku hari ini” senyumnya manis sekali, tapi sayangnya jarang di perlihatkan.
***
Kelas nan sepi bagai kuburan tak berpenghuni, tiba-tiba rame bagai di pasar ikan. Semua bersiul lah, bergosip ria lah, pokoknya heboh deh. Apa yang terjadi ya? Seorang pangeran tampan berpegangan dengan sang putri entah dari planet mana, saya tak tau. Cuit-cuit.
“nggak usah di pedulikan Prince, mereka hanya sirik sama kita” suara Rei tetap santai, walau seisi sekolah pada heboh ngomongin dia bersama wanita entah dari planet mana. Sepertinya sih dari bumi. So pastilah, buat cerpennya aja di planet bumi. Kan gak mungkin banget aku buat cerita di planet mars.
“tapi aku malu banget Rei” Prince langsung melepas pegangan tangan Rei dengan paksa. Kenapa di paksa sih, pasti nggak mau di lepasin nih sama Rei nya. Ya kan? Rei Rei, unyu banget sih kamu
sorry” wajahnya menjadi malu karena dia baru nyadari tangannya menggandeng tangan Prince dari tadi.
“ehm” pasti deg-deg an tuh, wajahnya berubah jadi tomat peras tuh. Merah euy.
Mereka tidak memperdulikan suara ayam yang bergosip ria di belakang meja paaaling pojok. EGP, mending duduk aja deh. Menundukkan wajah melihat lantai coklat berpasir nan jorok, wajah Rei dan Prince berubah menjadi merah seketika.
Tiba-tiba….
“hei” seorang cowok ceking berwajah putih memukul punggung Rei dengan kekuatan penuh.
“paan sih loe, mukul-mukul nggak jelas” wajahnya diangkat dengan garang, muka tomatnya menghilang dan berubah warna seperti semula.
“loe ngapain sih tadi gandengan gitu sama makhluk aneh itu” mulutnya ia majukan dua senti menunjuk sosok Prince yang masih menundukkan kepalanya.
“emang napa?”
“ih, loe tau nggak sih” kata Roy so’ serius.
“enggak lah”
“ihs, kenapa sih gitu aja nggak tau, idiot banget sih loe”
“helloww, siapa yang idiot?”
“ya loe lah”
“enak aja loe, loe tuh ye belum ngasi tau gue apa-apa, bisa-bisanya ngomongin orang idiot, ngaca broo” Rei langsung menunjukkan ipad nya kepada Roy, maksudnya sih bukan pamer, Cuma pingin nunjukin cerminan wajah Roy di layar.
“oh iya ya, hehehe” Roy menggaruk-garuk kepalanya yang entah gatal atau tidak. “loe tuh ye, bakal jadi gosipan anak-anak satu sekolah, bahkan satu kota atau satu negara kalau perlu, satu benua satu samudra deh sekalian”
“lebay loe”
“oke-oke nggak hanya itu, dia bakal jadi kelinci percobaannya The Modish” suaranya pelan berbisik. Siapa tuh The Modish? The Modish tuh, geng sekolah Mulawarman yang pualing cantik-cantik, kaya-kaya juga, apalagi pakaiannya euy, kompak and selalu trendy. Semua cowok tergila-gila dengan mereka, ya kecuali Rei. Entah dari mana Rei melihat mereka hingga nggak ada rasa suka sedikitpun pada mereka. Malah rasa sebel yang ada.
“APA LOE BILANG, beneran tuh?” urat di mukanya mengencang dan matanya melotot hampir keluar dari posisinya. Dia kaget sekali. Membuat rambut sasukenya berdiri. Nggak ada nyambungnya ya? Garing.
“ya iya lah, si Sely tuh, ketua The Modish bakal hancur-hancuran ngerjain dia” tumben banget ya, ada yang perhatian lagi sama Prince. “nggak kasian loe sama dia?”
“yaaa, kasian sih” wajahnya tampak memikirkan sesuatu, sesekali Rei menggaruk kepalanya yang mungkin sih gatal. Memikirkan sesuatu yang tak bisa terbaca oleh mata telanjang.
“makanya loe jauhi dia” ternyata, itu niat Roy. Memisahkan sang pangeran dengan tuan putri yang entah dari planet mana.
“kan yang mulai duluan gue, ya berarti gue yang harus mengakhiri ini semua” kata Rei bersemangat, sampe uratnyanya keluar semua. Sungguh kata-kata yang bijak dan menyentuh.
“berarti?”
“gue bakal jagain dia sampe genk The Modish cape’, oke kan?” Gubrakkk. Nggak nyangka Rei bakal ngomong begitu, aneh banget dan tumben banget ada yang mau ngelindungi Prince. Ada angina pa nih?
“Rei-Rei, loe itu keren, gaul, jago kelai, jago basket, jago ngibul, jago acting, jago ngegombal kucing, pinter sih sedikit, tapi kok bisa loe suka sama dia yang seperti itu” suaranya berbisik pelan, takut ada kecoa yang nguping tuh. Apa pentingnya bagi kecoa? Garing.
“thanks banget atas pujian loe” Rei langsung percaya diri mendengar pujian dari Roy, ia langsung mengangkat kerah bajunya dengan gagah. “tapi, siapa bilang gue suka sama dia”
Tiba-tiba Prince berdiri, membuat percakapan dua sejoli itu berhenti bicara. Ia membetulkan posisi kaca matanyanya yang melorot sampai ke hidung. Ia melangkahkan kaki sedikit demi sedikit melewati Rei dan Roy yang diam memperhatikan kepergiannya, lalu keluar melewati ambang pintu yang sudah lumayan tua. Tapi ketuaannya tidak begitu terlihat karena sudah di cat ulang.
Oke, kembali ke obrolan Rei dan Roy.
“oya, siapa bilang gue suka sama dia? Ngelindur loe” Rei mengibaskan tangannya di depan wajah Roy seperti ada lalat yang ngerubunin badan bau Roy sehabis main basket.
“trus loe ngapain bela-belain dia”
“yaaa, nggak papa dong” bahunya di angkat tinggi, wajahnya sok diimutin bagai bayi yang abis bangun tidur. Huaaaa.
“nggak usah ngeles deh”
“eh gue lagi nggak ngeles tau, besok lusa baru ngeles metik”
“ampuuun” Roy menepuk jidatnya pelan, nggak nyangka ternyata temannya yang satu ini otaknya rada-rada. “ya udah cape’ ngomong ama loe, gue cabut ya, mau balik ke kelas” Roy berpamitan seperti polisi yang pamit sama komandannya. Menghentakkan kakinya di pijakan bumi dengan keras, membuat lantai berguncang. Lebay.
***
Di tengah malam yang bernyanyi, dengan bintang bertaburan. Bulan sabit tertawa dan jangkrik bernyanyi-nyanyi. Rei duduk di ranjang empuknya sambil memandangi sebuah foto yang nggak asing lagi kalau di perhatikan.
“Prince-Prince, loe itu sebenarnya cantik loh, tapi kenapa gaya loe jadul banget sih” Rei ngobrol dengan selembar foto tuh. Gila apa ya tuh anak. “rambut loe sedikit pirang, mata loe coklat, alis loe perfect, bibir loe apa lagi Prince-Prince, merah delima” Rei menunjuki bagian-bagian wajah Prince yang terlihat sempurna. “gue yakin, loe pasti belum di sentuh sedikitpun oleh kaum adam” kepalanya geleng-geleng nggak karuan, bahkan matanya hampir tidak berkedip. “apa loe mau ya jadi temen gue? Sahabat gue kalau perlu, ataupun pacar kalau bisa” tangannya membelai rambutnya yang coklat. Bibir tipisnya tersenyum memperhatikan foto itu. By The Way, dapat dari mana tuh foto? Sebuah rahasia yang harus diungkapkan.
***
            siang ini matahari tertawa memancarkan cahaya sucinya. Semua siswi-siswi nan cantik jelita berduduk-duduk ria di depan kelas masing-masing, mereka menyaksikan pertandingan basket yang nggak ada seru-serunya. Gimana nggak seru, dari jaman bahula mainnya gitu-gitu aja. Bosen. Etc, ada dua pemain yang nggak membosankan dari sekian banyak pemain basket di lapangan itu. Siapa hayoo? Namanya Reihan dan Roy, kenal kan? Anak band and anak basket.
“girls, liat deh si Rei, ya ampyun cute banget” kata Sely kepada genk nya, gayanya centil pisan euy. Memang sih dia cantik beut, tapi kelakuannya jelek gitu. Nyebelin banget tuh cewek.
“cute banget” timpal salah satu genk nya yang bernama Caca. Gayanya juga kecentilan tuh. Geng nya The Modish kan terkenal cantik-cantik n’ centil-centil, ngeliat cowok keren sedikit aja matanya langsung lari.
“eh punya gue tuh” kata Sely menggoda.
“iya ya punya loe, gue juga lagi punya incaran tuh” kata Jean sambil menunjuk Roy yang sedang main basket dengan semangatnya. Bajunya terlihat basah dengan keringat dan rambutnya berirama mengikuti gerak tubuh Roy yang berlari mengejar bola yang Cuma satu.
“wah lumayan juga tuh, itu temennya Rei kan?” tanya Keirani dengan mata centilnya. “eh tapi si Joy mau loe kemanain?” pacar Jean cukup banyak juga loh, mungkin seminggu bisa ganti pacar sebanyak 3 ato 4 kali.
“gue udah putus kok” katanya dengan santainya, Jean memainkan rambut panjangny sampai terbentuk bulatan-bulatan keriting.
“ya ampun, cowok sekeren dia loe putusin” samber Caca dengan kaget. “kenapa nggak buat gue aja sih” mata-mata harapan keluar dari mata Caca yang ungu soflen.
“ya ambil aja di rumahnya” Jean sembarangan banget sih bicaranya, kiranya cowok itu barang apa. Seenaknya ambil-ambil. Huh, itulah Kei si Playgirl cakep, kalo udah bosan ya di tinggal pergi.
“okelah” kata Caca sumringah, jempolnya ia angkat bersemangat.
“eh liat deh ada Betty tuh di empang” kata Sely memutuskan obrolan mereka, ia menunjuk empang sekolah yang berada dekat pohon jambu air.
“trus napa?” tanya Kei dengan kebingungan.
“kerjain yuk” Sely beranjak dari bangkunya dan berjalan menuju empang tempat Betty duduk-duduk melamunkan diri.
“caranya?” gile tuh, Kei teriak dengan nyaringnya. Mengusir para nyamuk yang sedari tadi sudah siap dengan sendok garpu uantuk menghisap darah. Weleh-weleh korban Tom and Jerry nih.
“liat aja” Sely menjentikkan jari lentiknya. Memainkan matanya yang tajam, dan memamerkan senyumnya yang licik.
Mereka berempat mendekat menuju empang dan celingukan mencari sesuatu yang diinginkan Sely. Apa tuh? Binatang menjijikan yang suka berada di empang. Atau besi panjang untuk memukul kepala Prince? Entahlah, sebab itu perbuatan criminal.
Setelah mereka menelusuri rumput dengan hati-hati tanpa di ketahui oleh Prince, akhirnya mereka menemukan kodok ABG yang lagi nangkring menikmati makan siangnya.
            “lempar Jean” perintah Sely dengan berbisik. Kasian tuh kodok sampe megap-megap gitu di genggem. Bakal mati tercekik dia.
            “tapi..”
            “udah cepeten, keburu ketahuan tuh”
            “ya udah” Jean melemparnya dengan kekuatan seadanya. Plukk. Kodok itu nyangkut pas di atas kepala Prince. Setelah merasakan ada gerakan di atas kepalanya, Prince meraba kepalanya dengan pelan-pelan sekali. Lalu apa yang terjadi….
Ternyata prince malah kegirangan mendapatkan seekor kodok ABG yang lucu menurutnya nangkring di atas kepalanya.
Nggak nyangka, ternyata Prince seneng banget sama kodok. Idiih, jijay gue.
            “dari tadi di tungguin nggak dateng-dateng, eh malah datang lewat kepala ku, nggak sopan kamu” Prince ngomel-ngomel tuh sama si kodok. Seandainya tuh kodok bisa bicara, mungkin dia bakal adu mulut sama Prince.
            “ih emank anak aneh, kodok di ajak bicara lagi” kata Jean dari balik semak-semak.
            “eeeuuuuhhh” Sely memandangnya jijik, di balik semak-semak itu wajah ke empat gengnya berubah menjadi kesal karena rencananya gagal total. “ya udah balik yuk, ntar kulit ku bentol-bentol di gigit nyamuk” Sely mengelus tangan putihnya dengan pelan.
            Mereka semua berbalik badan sambil berjongkok, takut ketahuan tuh. Mengendap-endap seperti maling ayam.
Tiba-tiba…..
            “AAAAAAAAAA” semua berteriak membuat seisi sekolah menengok ke asal suara mengerikan itu.
“ada apa sih” Rei menghentikan permainan basketnya dan berlari menuju asal suara. Rei juga terkejut melihat Prince yang sudah lebih awal berada di tempat kejadian. “Prince ngapain disini?” tanyanya lembut hingga melupakan kejadian teriakan nenek-nenek lampir itu.
“aku-aku lagi..” belum selesai bicara, Sely sudah memotong kata-katanya dari dasar lubang.
“dia tadi dorong kami Rei, sampe kami jatuh begini” Sely menuduh Prince dengan mata melotot seperti setan bertanduk. Jelas-jelas dia jatuh sendiri, bisa-bisanya nuduh sembarangan.
“iya Rei dia tadi dorong kami sampe jatuh begini, malah lutut ku luka lagi” Kei menambahkan, membuat hati Rei menjadi bingung.
“apa iya seperti itu, tapi rasanya nggak mungkin banget sih” Rei berkata dalam hati, memikirkan apa yang harus di lakukannya. “Prince anak yang terkenal pendiam, tapi baik hati, apa mungkin ya?” Rei bingung tujuh keliling, dia menggaruk kepalanya yang sedikit gatal. Mungkin kutu atau ketombe. Iihh jorok.
“PRINCE” seorang perempuan meneriaki nama Prince dengan nyaringnya. Dia berlari sambil ngos-ngosan mendekati empang yang sedang ramai. “loh ada apa ini kok ramai sekali” dia celingukan melihat banyak orang yang mengelilingi Prince dan keempat genk The Modish. “udah dapat kodoknya Prince” mata keempat genk The Modish menjadi salah tingkah. Hayoo kalian.
“udah nih” Prince mengangkat kodok ABG itu di depan mata Nela.
“ya udah yuk pergi” Nela menarik Prince dari gerombolan manusia yang bau apek, tanpa menghiraukan seribu mata memandanginya.
“eh tunggu-tunggu, ini sebenarnya ada apa sih?” Rei mencegat mereka berdua pergi dari gerombolan manusia.
“ada apanya sih, tadi gue nyuruh Prince nyari kodok disini” Nela menjelaskan dengan tampang cuek.
“buat apa?”
“eh loe lupa ya, bentar lagi ada praktek bedah hewan” Nela menunjuk Rei dengan tatapan garang. “ya susah sih jadi cowok popular, ada praktek aja sampai lupa” sindiran yang menyucuk. Matanya terlihat sinis, sepertinya Nela nggak suka sama Rei. Entah kenapa, padahal Rei tuh teman yang baik di kelasnya.
“ya udah yuk” mereka berdua beranjak pergi, tidak menghiraukan berbagai mata memandang. Dan keempat genk The Modish itu mengendap-endap akan melarikan diri.
“hei mau kemana kalian” Rei mencegat mereka dengan tatapan liar. “tega ya kalian sama dia, padahal dia nggak pernah berbuat salah sama kalian” mata cinanya menyipit hampir tak terlihat.Tiik, Rei menjentikkan jarinya.
“lempar mereka dengan daun kering ini sebagai balasan telah menfitnah teman sendiri” perintah Rei kepada genk nya dan semua orang yang masih ada di sana.
“bush-bush-bush” Mereka di lempari daun kering sampai bajunya kotor, bahkan dari daun itu ada ulatnya loh. Ya di lempar aja, rasain.
***

Rei menjadi serba salah, dia merasa bersalah karena udah mikir yang nggak-nggak. Apa yang harus dia lakukan? Rei melamun di siang bolong memikirkan rencana apa yang harus dia lakukan.
“aha” Rei mendapat ide cemerlang, ide ini harus berhasil. Ide apaan tuh? Rahasia dulu donk. Nggak seru nantinya. Hehehe J
Rei mendekati Prince yang sedang bersantai memperhatikan kodok ABG yang dia dapati tadi. Naksir ya? Enggak layau. Paruhya membesar lalu kempes, membuat Prince menjadi senang melihatnya. Lama-lama jadi nggak tega tuh membedahnya.
Rei melangkah dengan langkah malu-malu dan langsung duduk di samping Prince yang duduk selonjoran.
“eh, ehm, ehm Prince” suaranya gugup, seperti pangeran hendak melamar tuan putri.
“kenapa? Kok gugup begitu?”
“ehm, ehm gue mau minta maaf” wajahnya hampir merah jambu. Ih gengsi banget cowok malu-malu gitu. Ampunn.
“minta maaf apa?”
“tadi gue hampir nggak percaya sama loe” mata coklatnya menatap dengan sedalam-dalamnya, sedalam samudra pasifik. Kok ngelantur ke samudra pasifik sih.
“oh yang tadi, nggak papa kok”
“ntar malam sibuk nggak” matanya tambah menatap dalam. Ihui. Tapi Prince malah melihat kedepan, tidak berani melihat Rei dengan tatapan dalam.
“kaya’nya nggak ada, napa?” senyumnya mengembang dengan sumringah.
“mau temenin gue clubbing nggak”
“APA clubbing, kamu gila apa ngajak aku yang begituan” Prince beranjak berdiri dari duduknya, matanya melotot hingga ke ubun-ubun. Melotot kok sampe ke ubun-ubun sih, aneh.
Just kidding, temenin gue nonton ya” tangannya menarik tangan Prince untuk duduk kembali ke posisi semula. “lagi ada film bagus loh”
“mau nggak ya” nampaknya ia lagi berfikir keras, matanya berlarian kemana-mana tuh.
“ayolah” matanya berkaca-kaca, Rei sangat berharap banget tuh. Kasian kan?
“boleh” akhirnya, Prince mau juga di ajak jalan. Ya walaupun gayanya cupu sih. Ya gampanglah, bisa di atur tuh. Tinggal di make over, semua pasti beres.
“thank ya” Rei bahagia, senyum manisnya mengembang selebar-lebarnya. “nanti gue jempu ya, jam 7 malam”
Prince tidak menjawabnya, dia hanya mengangguk dan tersenyum dengan ramahnya.
***
Breeemmmmm….
Suara motor Rei sudah terdengar di depan rumah Prince yang berwarna biru laut, mungkin bisa di bilang biru langit. Sudah 10 menit Rei nunggu di depan rumahnya, klakson motornya juga dia bunyikan terus. Ya tapi tetap aja orangnya nggak keluar-keluar. Apa dia pergi ya? Tapi Prince kan udah janji tadi siang.
Lama menunggu, ada seorang wanita berbaju putih, berambut panjang dan berjalan mendekatinya. Jantung Rei berdegup begitu kencang, keringatnya mengalir begitu deras, tangannya apa lagi gemeteran. Duh apaan tuh? Malah rumah Prince dekat kuburan lagi. Ih syerem, atuuutt.
Semakin lama, wanita itu semakin mendekat-mendekat-mendekat dan mendekat. 2 meter lagi wajah aslinya terlihat, hampir terlihat. Rambutnya berlarian di tiup angin kematian. Bajunya berumbai-rumbai membuatnya tambah merinding.
1 meter lagi mendekat hampir dekat dan hampi dekat. Dug dug dug suara gendang di jantung Rei semakin kencang. Dug dug dug, setengah meter lagi terlihat dengan jelas. Dug dug dug dan akhirnya GUBRAAAK. Kenapa ya? Ternyata wanita itu adalah seorang wanita berbaju putih (dah tau), berambut panjang (dah tau) dan berwajah cantik berseri. Ya walaupun udah ada kerutan di wajahnya. Ya nggak banyak-banyak banget sih. Yang penting masih beautiful.
Siapa tuh? Dia adalah tetangga Prince yang hendak tidur, busyet baru juga jam segini udah mau tidur aja. Jadi apa Negara ini. Jika dipenuhi wanita-wanita tukang tidur.
Tetangga Prince itu terpaksa keluar rumah, karena nggak bisa tidur gara-gara Rei ribut di malam jum’at. Seharusnya Rei yang ngomel-ngomel gara-gara dibikin kaget, tapi ini malah si tetangga yang ngomel-ngomel.
“HEH ngapain sih sampeyan iki rusuh-rusuh bengi-bengi” suaranya cempreng banget. Mgeluarkan kata-kata yang susah dimengerti Rei sebagai anak kota gedongan.
“hah” Rei nggak ngerti tuh apa yang di bicarai wanita itu. Dari pada panjang lebar dia langsung to the poin aja. “mau nyari Prince nya bu, ada?”
“HEH, sampeyan kira aku iki wong tuo ne Prince apa” suaranya tambah melengking nyaring, mungkin tikus tanah aja sampe tutup kuping tuh. “mang petang, pas mule dari sekolahannye, endase berdarah-darah, tyus Prince nya di gotong ambe mobil” volume suranya agak pelan. Ya lumayanlah, nggak jadi ke THT.
“di rumah sakit mana bu?” Rei kaget mendengar berita duka itu. Pantesan dari tadi Prince nggak keluar-keluar dari persembunyiannya.
“diiii eehhhmm, rumah sakit Bimasakti” lamanya mau mikir, maklum dah tuha. Jadi mikirnya nggak secepat dulu.
“thanks bu” Rei menstater motornya dan melesit meninggalkan ibu-ibu itu.
“oalah anak muda zaman sekarang, nggak tau trima kasih” ya ampun ternyta ibu-ibu itu nggak ngerti bahasa inggris. Bakal di cap anak nggak sopan nih Rei nya. Gaswat tuh.
***
Di malam yang sunyi, terdengar suara kodok bernyanyi di balik empang tak berpenghuni. Tak ada yng menemani Rei mengendarai motor, hanya sinar rembulan yang selalu tersenyum mengiringinya disaat gundah gulana. Wah bulannya ngejek nih, lagi cemas begini dia malah senyam-senyum sendiri. Udah berapa tahun loe senyum-senyum sendiri tanpa di sapa. Nggak sakit hati apa ya? Di cuekin begitu.
Hari ini rumah sakit yang berwarna putih itu bersedih melihat orang-orang silih berganti dengan wajah manyun.
Rei berlari memasuki rumah sakit dan bertanya suster penjaga dimana ruangan Prince berada.
Rei membuka pintu dengan hati-hati. Di dalam ruangan itu sudah ada ortu Prince dengan raut sedih. Rei bertanya-tanya kronologis kejadian yang di alami Prince. Ternyata sebelum pingsan di depan rumah dengan kepala berdarah darah, Prince menyebut nama mobil pink. Berdarah-darah kok nggak ada yang bantu sih dari tadi, kenapa harus di biarkan sampai ke rumah dengan darah bercucuran begitu. Tega.
Jangan salah sangka dulu ye, ternyata Prince di tabrak ketika hendak sampai ke rumah. Gila tuh penabrak, nggak tanggung jawab banget sih.
Setelah di pikir-pikir, nggak mungkin Prince si lugu punya musuh sesadis itu. Rei yakin kecelakaan ini pasti di sengaja. Ya iyalah ngapain coba kebat-kebutan di kampong, crazy. Aha,  Rei tau siapa pelakunya. Dasar manusia tidak berguna. Tidak tau malu dan tidak tau bertanggung jawab.
***
Pagi itu, matahari tersenyum riang memandang bumi yang hampir habis oleh hutan hijau nan indah. Angin bertiup dengan merdu, memainkan segelincir rambut hitam milik Rei.
Rei duduk termenung di bangku taman yang sedang berbunga dengan warnanya yang permai. Banyak capung bermain-main di atas kelopak bunga yang meriah.
Sedang apa Rei disitu? Wajahnya dilipat-lipat begitu. Kepalanya dia sanggah dengan kedua tangannya. Berat kali ya tuh kepala. Rei sedang memikirkan sesuatu, dia tidak ingin ada yang tersakiti. Baik Prince maupun Rei, kalau bisa sih semua wanita di jagad raya ini. Ciahh.
Huft, kapan ya Prince sembuh? Jadi kangen deh.
***
Sudah 1 minggu Prince tidak masuk sekolah, dan selama 1 minggu itu Rei selalu rajin ke rumah sakit menjenguk Prince dan membawakan buah-buahan. Ya walaupun buah-buahan itu di makan habis oleh adiknya yang paling bungsu.
            Pagi ini cuaca cerah tersenyum kepada semua pelosok dunia. Angin merdu berhembus dengan riangnya, memainkan segelincir rambut yang menari-nari kian kemari.
            Hari ini wajah Rei tersenyum bahagia, memamerkan deretan gigi yang putih bagai iklan pasta gigi di tipi-tipi. Ada apa ya? Aha, ternyata Rei melihat Prince sedang duduk di bangkunya seperti biasa. Dia sedang membaca sebuah buku yang mungkin sih bisa di bilang tebel.
            Rei menghampirinya dengan hati berbunga-bunga.
“udah baikan Prince” tanyanya gugup dengan senyum mengembang di wajahnya.
“Alhamdulillah sudah, thanks ya udah jengukin aku tiap hari” duh tu suara nggak bisa di pelanin apa, seluruh penjuru kelas jadi menatap mereka berdua dengan tatapan heran. Wah-wah-wah hubungan mereka patut di curigai tuh.
Wajah Rei berubah menjadi merah merona. Dia melanjutkan pembicaraannya. Apa tuh? Bentar yo.
“Prince nanti malam sibuk nggak”
“nggak kok napa?” tanyanya santai.
“ke rumah gue ya?”
“ngapain?” rasanya ada perlu was-was banget nih.
“gue mau kenalin loe sama sahabat gue”
“nggak papa?”
“ya nggak papa lah, datang ya?” wajahnya memelas memohon.
“iya” senyumnya mengembang dengan manisnya. E cie, semanis gula tuh.
***
        Malam berbintang yang indah. Suara angin bertiup dengan merdu.
Rumah Rei bercat putih membuat suasana malam menjadi terlihat terang benderang.
Malam ini Rei berpakaian rapi sekali, membuat Prince menjadi bingung dengan pakaian yang di kenakannya. Lalu, Rei memperkenalkan Prince dengan sahabatnya yang ahli kosmetik dan berdandan ria. Memang kenapa sih? Rei meminta Calerina mengubah dandanan Prince di malam ini. Ada suatu rahasia tak tertebak yang akan Rei lakukan kepada Prince seorang. So sweet.
        Sudah sejam Prince di make over, pakaiannya dirubah sebaik mungkin. Baju siapa tuh? Baju itu adalah baju yang di belikan Rei, khusus untuk Prince.
        So beautiful, gaun merah, kaca matanya di lepas dan dig anti lensa warna biru, alis yang lentik, bibir yang indah dan sepatu merah ber high hiils medium. Wow benar-benar berubah nih cewek. Udah di duga-duga, Prince memang cantik.
        “udah siap?” Rei beranjak berdiri dari sofa putihnya.
        “kemana?” tanyanya kebingungan.
        “udah deh loe ikut aja” Rei menarik tangannya dengan paksa. “thanks Na” Rei menghadap Calerina yang tersenyum melihat hasil karyanya yang mengagumkan.
        Breemmmm…. Mobil sport hitam di jalankan dengan santai.
Selain ngeliatin jalanan, Rei selalu melirik Prince yang kebingungan melihat style nya malam ini. Setiap detik bahkan setiap menit, Prince selalu menanyakan mau di bawa kemana dirinya ini. Ya tapi tetap nggak di jawab Rei.
        10 menit sudah, mobil Rei berhenti di depan restaurant mewah yang harganya selangit. Ngapain sih? Nggak ngajak-ngajak lagi. Eits ini kencan pertama tau, hihihi.
        Sebenarnya prince bingung juga di ajak ke restaurant mahal, tapi katanya sih Cuma ngajak makan aja.
Saat Rei dan prince memasuki pintu, semua mata langsung memandang. Eciiiieee, bangganya punya pendamping yang perfecto.
Mereka langsung menuju meja yang telah di pesan Rei terlebih dahulu. Meja bundar yang indah, kursi kerajaan warna merah, tirai biru berumbai-rumbai dan bunga mawar indah yang sudah di siapi tergeletak di atas meja dengan anggun.
Hidangan mewah telah di siapkan. Saatnya mereka menyantap dengan penuh kenikmatan.
***
Cuit-cuit-cuit-cuit….
Pagi ini SMU Mulawarman kedatangan makhluk cantik nan jelita. Siapa tuh? Yang pasti dia bukan anak baru. Siapa hayo? Dia adalah Prince Lavega, si gadis cupu yang selalu di ejek. Kini dia berpenampilan berbeda. Apanya yang berbeda? Gaya pakaiannya dan cara dandanannya. Ada angin apa nih? Ternyata dia di paksa Rei berdandan begitu, kalau nggak mau dia di ancam musuhan selamanya. Sadis bener tuh anak.
            Risih banget dari tadi di suitin begitu. Kalau bukan karena permintaan Rei, nggak bakal mau deh dandan begitu. Ya tapi ada untungnya juga sih. Selain jadi cantik, Prince jadi banyak mendapatkan teman. Horee.
***
Sudah 1 minggu Prince bergaya seperti foto model. Dan selama seminggu itu, Prince di dekati sama cowok-cowok yang keren sampe yang kurang keren. So pasti Rei cemburu kan? Saat Prince di dekati cowok, Rei langsung membawa Prince kabur dari si cowok brengsek itu. Huft dasar cowok.
Rei memang selalu berhasil membawa kabur Prince dari kejaran cowok-cowok, tapi cowok yang satu ini lolos dari Rei. Cowok ini biasa di panggil Boy. Udah cowok di pangil boy pula, aneh-aneh wae. Boy selalu dan selalu datang ke rumah Prince tanpa sepengetahuan Rei. Jadi, setelah seminggu mereka PDKT, akhirnya mereka jadian. Ish, kasian ya Rei, padahal Rei pingin jadi yang pertama dan terakhir loh.
Rei benar-benar sakit hati atas perlakuan Prince padanya. Bisa-bisanya mereka jadian tanpa sepengetahuan Rei.
“Loe kok bisa sih pacaran sama si Boy” nadanya di tekan marah, mata merahnya melotot. Ternyata Rei abis nangis semalam suntuk karena menyesal kenapa nggak dari dulu dia nyatakan isi jiwanya, etch isi hatinya.
“emangnya kenapa sih?” Prince sudah berubah, dia menjadi cuek dan nggak peduli sama perasaan Rei. Prince emang keterlaluan, bisa-bisanya ia melupakan semua kebaikan Rei padanya.
“Loe-Loe itu sama aja kaya’ cewe’-cewe’ yang lain” Rei berteriak dengan kencang. Dia benar-benar marah dan sakit hati. Lalu dia pergi meninggalkan Prince berdua dengan Boy yang mojok di kursi belakang. Entah ngapain mereka suka mojok-mojok.
Rei keluar kelas dengan wajah merah padam, tangannya di kepal sangat kuat. Sangking marahnya dia tertabrak seorang cewe’ yang di kenalnya.
“Rei, loe kenapa?” kata Calerina dengan cemas.
“nggak papa, Na gue butuh curhat” matanya sembab sekali, perasaan marah itu harus dia keluarkan biar lega. Calerina hanya mengangguk melihat wajah sahabatnya yang memprihatinkan. “jangan disini, kita duduk di empang aja ya” suaranya pelan, hampir tak terdengar. Rei menarik tangan Calerina kuat agar langsung sampai di empang.
Semua isi hatinya telah ia keluarkan, membuat hati Calerina menjadi mendung di sertai petir yang super dahsyat. Ya lumayan lega sih hati Rei. Tapi Calerina harus berjanji nggak akan ngomong apa-apa sama yang lain.
***
Hari demi hari berlalu. Kedekatan Rei dan Prince menjadi hancur lebur bagai kertas basah yang hancur menjadi bubur. Hati Rei terlanjur sakit hati, dia nggak mau lagi deket sama yang namanya cewe’ polos. Kenapa ya? Dia trauma. Semakin hari, Rei semakin kurus dan pucat. Nilainya merosot jauh dari sebelumnya, dia jadi gampang terkena penyakit macam anak bayi, wajahnya tampak tak bersemangat dan penampilannya jadi ancur-ancuran.
Calerina benar-benar nggak tahan dengan keadaan Rei yang sekarang. Dia harus melakukan sesuatu agar sahabatnya kembali ceria. Hanya satu yang membuat Rei tersenyum. Hanya Prince Lavega yang membuatnya tersenyum bahagia. Bukannya Calerina nggak bisa, tapi akhir-akhir ini Rei lebih banyak diam dan itu akan berakibat pula pada persahabatan mereka. Apa yang harus di lakukannya? Hanya 1 cara, menceritakan semua isi hati Rei pada Prince. Dia yakin ini pasti berhasil.
Akhirnya Calerina mendekati Prince yang sedang duduk di bangku depan kelasnya. Calerina langsung menariknya dengan paksa menuju empang sekolah. Favourit banget ya tuh empang.
“ada apa sih?” kata Prince dengan cemas.
Calerina tidak menjawab. Selama berjalan dia hanya memikirkan keadaannya Rei yang sekarang.
Sesampainya di empang, Calerina langsung mendorong Prince di bangku yang telah di sediakan. Dubraak.
“Loe kenapa sih Na?” tanyanya dengan bingung. Ternyata gaya bahasanya udah di rubah juga.
“udah deh loe nggak usah banyak bacot, loe taukan keadaan Rei yang sekarang?” wajahnya geram tak tertahankan.
“ya gue tau, dia jadi berubah 100%” wajahnya tertunduk sedih. “sebenarnya gue pingin ngobrol sama dia, tapi gue takut dia tambah marah”
“bagus kalau loe ngerti, loe tau nggak sih kalau dia itu SUKA SAMA LOE” Calerina nggak tahan lagi, semua suaranya dia keluarkan sampe semua binatang melata pergi ketakutan. “loe tau nggak sih kalau dia SAYANG SAMA LOE, dia udah mecahin celengannya DEMI NGAJAK LOE DINNER DI RESTAURANT MAHAL DAN BELIIN LOE BAJU N’ SEPATU, LOE NGGAk NYADAR APA? Dasar PENJILAT” Calerina berteriak sekencang-kencangnya, emosinya nggak bisa di tahan lagi. Semua sudah dia keluarkan. Lalu ia meninggalkannya sendiri, memikirkan dengan hati nurani yang paling dalam.
***
Esokan paginya, SMU Mulawarman kembali ramai dengan sesosok Prince yang berubah. Kenapa sih? Prince sudah memikirkan hal ini mateng-mateng sampe meledus karna kematengan. Dia langsung menghampiri Rei yang duduk sendiri di bangkunya. Jantungnya gemetaran karna takut di caci. Baca bissmillah aja.
“heh loe ngapain disini” wajah Rei benar-benar jutek melihat Prince berada langsung di depan wajahnya. Sebenarnya Rei kaget juga dengan penampilan Prince barusan.
“maaf Rei, gue eh aku benar-benar menyesal” wajahnya bertatapan sedih.
“bukannya loe suka dengan keadaan loe yang kemaren, dapat banyak Fans, ITU KAN MAU LOE” emosinya nggak bisa di tahan lagi.
“maafin aku” Prince menarik tangan Reid an langsung menggenggamnya.
“lepasin gue” Rei menarik tangannya lagi dengan paksa.
“aku tau kamu pasti marah dan kamu nggak suka aku yang kemaren, karna itu aku rela merubah penampilanku seperti dulu buat kamu” matanya berkaca-kaca. “aku tau kamu marah banget, aku rela kehilangan cinta dari pada kehilangan kamu yang terbaik”
“sok imut”
“maaf” matanya berair dan menetes di depan wajah Rei yang jutek. Prince menundukkan kepalanya, berharap akan di angkat dagunya untuk menatap matanya.
Tiba-tiba…
“Prince” Boy memanggilnya di ambang pintu dengan senyum lebarnya. Dia celingukan mencari sosok pacarnya itu. Ketika matanya berhenti di salah satu cewe yang berada di depan Rei. Boy terkejut dan menghampirinya. “hai” dia menyapa Rei yang mukanya seperti pakaian kumel tak terurus. Lalu matanya melirik cewe disampinya. Betapa kagetnya dia, Prince pujaannya berubah menjadi Betty Lapea. Tweng, sial. “kenapa kamu berubah say?” tanyanya dengan heran.
“aku nggak bisa kehilangan seseorang yang aku sayang” wajah sedunya di angkat menghadap mata Boy yang hitam.
“bukannya kamu sayang aku?” wajahnya tampak binggung seribu keliling.
“ya, tapi maaf ada seseorang yang aku lebih sayang”
“oh dia” Boy menunjuk wajah Rei yang tampak sebel melihat adegan mereka. “karna dia? Iya?” suaranya tambah kencang menghancurkan kesunyian.
“ehem” Prince menggangguk mantap, dan menatap mata Rei yang tampak kebingungan.
“oh okey, kita putus”
“nggak masalah”
“asal loe tau ya, loe itu hanya buat umpan” Boy menunjuk Prince dengan tatapan kebencian. “umpan untuk tambah ngepopulerkan gue, thanks before” Boy melangkah pergi meninggalkan tatapan mata Prince yang hampir menetes.
“heh loe” Rei menarik tangan Boy yang belum jauh darinya. Lalu ia mendorong Boy dengan tatapan mautnya sampai terjatuh menabrak meja-meja bersusun.
“apaan sih loe” Boy masih terlihat sabar.
“jangan loe kira, seorang cewe’ hanya bisa loe mainin jadi boneka, jangan loe kira seorang cewe’ buat diri loe popular” matanya menggesit tajam. “asal loe tau ya loe itu LEBIH RENDAH DARI SEBUAH SAMPAH” volumenya tambah mengeras.
Akhirnya Boy tidak terima di kata-katain kaya’ gitu, tangannya melambung memukul wajah Rei yang kurus. BAK-BUK-BAK-BUK. Perkelaian seru di mulai dengan pukulan handalan mereka. Semua lebam berwarna biru. Semua anak yang melihatnya mencoba memisahkan mereka, tapi sayang gagal. Malah yang misahin kena tonjok yang begitu dahyat. Ya nyerah aja deh.
Guru pun datang dan mereka semua berhenti dengan penampilan amburadul.
Mereka di ceramahi di ruang BK. Bla-bla-bla. Masih aja saling tuduh-tuduhan, walaupun yang mulai duluan Rei, tapi nggak aka nada asap kalau nggak ada api.
***
Saat istirahat yang sunyi, di kelas yang bagai kuburan tak berpenghuni. Rei mendekati Prince yang sedang membaca ensiklopedia udah lama Rei nggak ngeliat Prince baca buku setenag itu, jadi kangen. Tuk-tuk-tuk.
“Prince” suaranya lemah hampir tak terdengar.
“ya” wajahnya di angkat menatap Rei yang penuh lebam biru. “kamu kesakitan?” tangan Prince memegang pipi Rei yang yang lebam.
“hadow, sakit tau” Rei memundurkan badannya sedikit. Rei marah tuh pipi lebamnya di pegang, udah tau sakit di pegang-pegang aja.
“sorry”
“ehm, gue mau kita mulai dari pertama”
“apanya?” duh dasar pling-plang nih.
“persahabatan kita, kalau lebih boleh juga kok”
“maksudnya” aduh-aduh nggak ngerti juga nih orang, payah.
“gue mau kita mulai persahabatan dari awal atau loe mau jadi, jadi, jadi…” ucapannya terbata-bata, dia gugup tuh mau ngomong apa.
“jadi apa?” wajanya mengembangkan senyum ceria.
“sahabat gue, iya sahabat gue”
“beneran, tapi kamu nggak papa kan kalau gaya ku begini?” wajahnya tambah tersenyum lalu menyurut lagi.
“tentu, kenapa tidak”
“wah terima kasih Rei” Prince sangat bahagia, tanpa tersadar dia memeluk tubuh Rei yang lebih besar darinya.
Dug-dug-dug, jantung Rei berdebar begitu kencang. Wajahnya berubah menjadi merah merona. Dia benar-benar kaget dengan perlakuan Prince yang sekarang. Ya lumayan  juga lah, ada perubahan.
            Entah sampai kapan persahabatan mereka berubah menjadi lebih dari sekedar sahabat.
Apa dalam waktu yang lama, atau waktu yang singkat. Aku cape’ juga ngetik cerpen ini. Udah berapa minggu ya, aku lupa. Ya kalau ada ide aku sambung lagi deh. Thanks ya…
Mohon kritiknya Plend…J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar